Desember, merupakan bulan yang penuh kemriahan diantara seluruh bulan yang dilalui oleh para kristiani. Bulan ini seluruh sudut dunia merayakan apa yang orang kristiani sebut sebagai Natal, sebuah perayaan yang sangat meriah, dan penuh kemewahan. Natal merupakan peryaan memperingati kelahiran seorang bayi yang mereka sebut Yesus, seorang bayi yang lahir sekitar 2000 tahun yang lalu. Seorang bayi yang dulu lahir di sebuah kota kecil bernama Betlehem, sebuah kota di daerah Yudea. Kelahiran Nya tidaklah di sebuah rumah yang besar atau di sebuah rumah yang kecil, Ia lahir di tempat yang paling kotor, sebuah kandang menjadi atap dan palungan yang menjadi sebuah pembaringan yang menghangatkan Nya dari dingin malam. Lalu apa yang istimewah dari seorang bayi ini hingga setiap tahun umat manusia ini merayakan kelahiran Nya, Kelhiran bayi ini sudah di tuliskan dalam kitab-kitab dan tela dinanti oleh para nabi-nabi. Kelahiran
Manusia seolah terkesan ingin memperingati kelahiran Yesus yang akhirnya terbuai dengan persiapan-persiapan duniawi. Menghiasi jalannan dengan lampu-lampu yang berkelap-kelip, menghiasi pohon-pohon mereka dengan beraneka hiasan yang sangat mahal-mahal, memperlengkapi meja mereka dengan beraneka ragam kue-kue dan minuman mahal, menganti cat-cat rumah mereka dari yang lama menjadi yang baru, bahkan mereka tidak lupa mengganti asesoris pribadi mereka dari asesoris yang menempel di ujung rambut hingga asesoris yang menempel di ujung kuku kaki mereka.
Lalu apakah mereka telah benar-benar menyambut Yesus yang adalah Tuhan mereka? Tidak, mereka belum menyiapkan hati mereka untuk Yesus bersemayam dalam hati mereka. Hati mereka masih penuh dengan sampah dunia. Tidak ada yang mereka perbaharui dalam hati mereka, mereka hanya menyimpan sampah-sampahn dalam hati mereka dalam kebohongan kemewahan dunia. Seolah Yesus bisa di suap dengan kemeriahan dunia yang mereka berikan.
Yesus tidak membutuhkan kemewahan dan kemeriahan dunia yang setiap tahun kita ubah menjadi lebih-lebih mewah dari tahun-tahun sebelumnya. Tidak, yang Ia ingin kan kita merayakan kelahirannya dengan kesederhanaan dunia namun dengan kemewahan hati, yang terlukis dalam kerendahan hati, kemurahan hati, dan ketulusan hati. Jika Ia yang adalah Tuhan kita mampu merendahkan diri dalam kelahiran Nya dalam sebuah kandang, mengapa kita tidak? Kelahirannya dalam kandang bukanlah sebuah hal yang disengaja atau di takdirkan, kelahiran Nya dalam kandang mengandung makna kesederhanaan. Kesederhanaan dalam kemuliaan yang ILAHI.
Kemuliaan dan kehormatan yang sempurna tidak hadir dalam kemewahan atau kemeriahan dunia, melainkan hadir dalam kesederhanaan dan kerendahan hati itulah kemewahan hati yang abadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar